1. |
Pengusaha Kena Pajak (PKP) |
|
2. |
Pemungut PPN/PPnBM, adalah: |
|
|
- |
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara |
|
- |
Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah |
|
- |
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai |
|
- |
Pertamina |
|
- |
BUMN/ BUMD |
|
- |
Kontraktor Bagi Hasil dan Kontrak Karya bidang Migas dan Pertambangan Umum lainnya |
|
- |
Bank Pemerintah |
|
- |
Bank Pembangunan Daerah |
|
- |
Perusahaan Operator Telepon Selular. |
1. |
Oleh PKP adalah: |
|
|
a. |
PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan Pajak
Masukan dan Pajak Keluaran. Yang disetor adalah selisih Pajak Masukan
dan Pajak Keluaran, bila Pajak Masukan lebih kecil dari Pajak
Keluaran. |
|
b. |
PPnBM yang dipungut oleh PKP Pabrikan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah. |
|
c. |
PPN/PPnBM yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Tagihan Pajak (STP). |
2. |
Oleh Pemungut PPN/PPnBM adalah PPN/PPnBM yang dipungut oleh Pemungut PPN/PPnBM |
Tempat Pembayaran/ Penyetoran Pajak
1. |
Kantor Pos dan Giro |
2. |
Bank Pemerintah, Kecuali BTN |
3. |
Bank Pembangunan Daerah |
4. |
Bank Devisa |
5. |
Bank bank lain penerima setoran pajak |
6. |
Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Khusus untuk impor tanpa LKP |
Saat Pembayaran/Penyetoran PPN/PPnBM
1. |
PPn dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus
disetorkan paling lambat 15 (lima belas) bulan takwim berikutnya setelah
bulan Masa Pajak. Contoh : Masa Pajak Januari 2002, penyetoran paling lambat tanggal 15 pebruari 2002. |
|
2. |
PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan
STP harus dibayar/ disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam
SKPKB, SKPKBT, dan STP tersebut. |
|
3. |
PPN / PPnBM atas impor, harus dilunasi bersamaan dengan
saat pembayaran Bea Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/
dibebaskan, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen impor. |
|
4. |
PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh: |
|
|
a. |
Bendaharawan Pemerintah, harus disetor paling lambat tanggal 7 (tujuh) bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. |
|
b. |
Pemungut PPN selain Bendaharawan Pemerintah, harus
disetor paling lambat 15 (lima belas) bulan takwim berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir. |
|
c. |
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN /
PPnBM atas impor, harus menyetor dalam jangka waktu sehari setelah
pemungutan pajak dilakukan |
5. |
PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan
Logistik (BULOG), harus dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang (D.O) ditebus |
|
Catatan: Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran jatuh pada hari libur, maka pembayaran harus dilaksanakan pada hari kerja berikutnya. |
Sarana Pembayaran/Penyetoran PPN/PPnBM
1. |
Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir
Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di Kantor-kantor Pelayanan
Pajak dan Kantor-kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) di seluruh Indonesia. |
2. |
Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila
jumlah PPN/PPnBM yang disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di
dalam Daftar Nominatif Wajib Pajak (DNWP) yang dibuat oleh: Bank
penerima pembayaran, Kantor Pos dan Giro, atau Kantor Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran. |
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib menghitung dan melaporkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) yang terutang.
Fungsi dan Tujuan
Sebagai sarana bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang.
Pelaporan
1. |
Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; |
2. |
Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa
Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; |
3. |
Bagi Pemotong atau Pemungut, untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya. |
Kewajiban Pengusaha Kena Pajak dalam pengisian SPT Masa PPN
1. |
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak dikukuhkan. |
|
2. |
Bagi Wajib Pajak yang menggunakan bahasa asing dan
mata uang selain Rupiah dalam penyelenggaraan Pembukuannya, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uang
selain Rupiah yang diizinkan. |
|
3. |
Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan PPN Masa beserta petunjuk pengisiannya di Kantor Pelayanan Pajak. |
|
4. |
Pengisian SPT Masa PPN harus dilakukan dengan lengkap, benar dan ditandatangani oleh; |
|
|
a. |
Pengurus atau direksi untuk Wajib Pajak Badan; |
|
b. |
Wajib Pajak yang namanya tercantum dalam Kartu NPWP dan SK PKP bagi Wajib Pajak orang Pribadi; |
|
c. |
Dalam hal ditanda tangani oleh pihak lain selain
tersebut di atas maka harus dilampiri Surat Kuasa Khusus (per masa
pajak dengan menyebut bulan yang bersangkutan). |
5. |
SPT Masa PPN harus disampaikan dengan lengkap,
disertai lampiran yang telah ditetapkan, SPT yang tidak lengkap
dianggap tidak pernah disampaikan. |
|
6. |
Bagi PKP Badan-badan tertentu yang ditunjuk sebagai
Badan Pemungut, selain menyampaikan SPT Masa PPN sebagaimana di atas,
juga wajib menyampaikan SPT Masa Pemungut PPN. |
Penyampaian SPT Masa PPN
Tempat pengambilan SPT Masa PPN
1. |
Kantor Pelayanan Pajak; |
2. |
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan; |
3. |
Tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. |
Tempat penyampaian SPT Masa PPN
1. |
Kantor Pelayanan Pajak ditempat Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, atau; |
2. |
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan setempat. |
Cara penyampaian SPT Masa PPN
1. |
Disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak
ditempat Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP/Kantor Penyuluhan Pajak
setempat, PKP akan menerima catatan tanda terima pada lembar kedua
SPT Masa PPN. |
2. |
Disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat dan
tanggal Cap Pos dari Kantor Pos penerima SPT berfungsi sebagai
tanggal penerimaan SPT Masa PPN. |
Saat Pelaporan PPN/PPnBM
1. |
PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus
dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan
Pajak setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. |
|
2. |
PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan. |
|
3. |
PPN dan PPnBM yang pemungutnya dilakukan oleh: |
|
|
a. |
Bendaharawan Pemerintah harus dilaporkan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir. |
|
b. |
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai selain Bendaharawan
Pemerintah harus dilaporkan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah
Masa Pajak berakhir. |
|
c. |
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus
dilaporkan secara mingguan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah
batas waktu penyetoran pajak berakhir. |
4. |
Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan
PPnBM dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan
disampaikan kepada KPP setempat paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak berakhir. |
|
Catatan : Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, maka pelaporan harus dilaksanakan pada hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo |